Kamis, 04 Juli 2013

Musim Liburan, Permainan Tradisional Makin Ditinggalkan

29 Juni 2013 | 13:18 wib
Musim Liburan, Permainan Tradisional Makin Ditinggalkan
 0
 
 0
image
BERMAIN: Dua bocah warga Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kudus, asyik bermain disekitar lahan pertanian desa. (suaramerdeka.com/Ruli Aditio)
KUDUS, suaramerdeka.com - Liburan sekolah sudah tiba, seiring itu berbagai agenda liburan pun telah tiba.
Ada yang memilih bepergian ke luar kota bagi mereka yang masuk golongan ekonomi berada, namun ada yang juag justru hanya di rumah saja dan bermain seadanya. Sebagaian lebih memilih bermain game online yang kini tren.
Memang sebenarnya hal itu tidak ada yang salah, namun jika dilihat dari itu semua salah satunya tidak ada yang memainkan permainan tradisional.
Pemerhati soal pendidikan sekaligus budayawan Kudus, Mukti Sutarman dalam sebuah diskusi pendidikan di Kudus memaparkan, sebenarnya banyak faktor yang menyebabkan permainan tradisional itu menghilang.
"Salah satunya adalah alih fungsi lahan yang membuat ruang gerak anak - anak saat liburan menjadi sempit, akhirnya mereka memilih untuk bermain permainan yang sebenarnya kurang memberikan pendidikan yang bagus," katanya.
Misalnya saja banyak permainan game online yang notabene mudah diakses melalui internet.
"Didalamnya memang terdapat banyak konten yang mengandung unsur kekerasan, dan hal itu tak layak dikonsumsi anak - anak. Apalagi mereka mudah meniru apa yang mereka lihat," terangnya.
Menurutnya mengenal teknologi memang sah - sah saja namun hal itu harus tetap dalam pengawasan orang tua. "Sehingga konten game yang dimainkan bisa terpantau, sekaligus orang tua menjadi filter di lingkungan keluarga," jelasnya.

Membosankan

Faktor lain yang menyebabkan permiana tardisional ditinggalkan adalah adanya kebosanan, karena memang tidak ada yang menggunakan teknologi dan monoton. "Disini memang dibutuhkan kreativitas, sehingga permainan tersebut bisa menjadi menarik kembali," katanya.
Sejumlah permainan tradisional yang mulai ditinggalkan tersebut antara lain adalah petak umpet, bentik, serta gobak sodor dan masih banyak lagi.
"Untuk memunculkan lagi permainan tradisional tersebut memang memerlukan bimbingan, utamanya dengan memberdayakan organisasi pemuda yang peduli dengan budaya lokal. Misalnya saja karang taruna di masing - masing desa, sehingga permainan tersebut tidak punah ataupun diklaim milik bangsa lain," tandasnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar